Arsip untuk Desember, 2017

A.KONDISI EKONOMI RAKYAT

“Seorang alim masih boleh menghidupkan ekonomi bangsanya walaupun setelah ratusan tahun meninggal dunia; ramai ahli politik membunuh ekonomi bangsa walau memerintah satu penggal.” (Wan Mohd Nor Wan Daud, “Rihlah Ilmiah: dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer”)

Kutipan di atas menggambarkan keadaan ekonomi hasil kebijakan para pemimpin dan politikus Indonesia hari ini. Dalam tiga tahun terakhir ini kita melihat pemerintah mengabaikan pemembangunan ekonomi rakyat dan lebih memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Sedangkan masalah yang dihadapi bangsa saat ini adalah melemahnya ekonomi rakyat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, data pertumbuhan ekono¬mi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2016 tumbuh 4,92. Hasil tersebut juga di bawah target pemerintah yakni sebesar 5,3%. Lebih rendah dari kuartal sebelum¬nya (kuartal IV tahun 2015) sebesar 5,04%.Kemudian Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), dibandingkan Desember 2016 data pertumbuhan penjualan eceran bulan Januari 2017 menunjukkan penurunan.

Penurunan terjadi pada penjualan suku cadang dan aksesori turun 0,9%; penjualan makanan, minuman, dan tembakau turun 2,7%; penjualan bahan bakar kendaraan turun 2,2%; penjualan peralatan informasi dan komunikasi turun 0,6%; penjualan perlengkapan rumah tangga turun 0,7; Penjualan barang budaya dan rekreasi turun 1,3%; dan penjualan sandang (pakaian) turun 2,1%.

Penurunan daya beli masyarakat ini juga menyebabkan harga-harga relatif tidak banyak bergejolak.

Oleh sebab itu, dalam beberapa tahun terakhir inflasi nasional relatif rendah.

B.PENYEBAB MELEMAHNYA EKONOMI RAKYAT DAN PENURUNAN DAYA BELI

Salah satu hal yang menonjol beberapa tahun terakhir ini adalah keterbatasan lapangan kerja, sehingga sekalipun orang tidak masuk ke pengangguran terbuka, tetapi mereka terlempar ke sektor nonformal. 

Sektor ini tentu tidak menghasilkan penghasilan yang memadai. Sehingga kalau penghasilannya tidak memadai, barang-barang yang mampu dibeli sangat terbatas. Itu yang disebut penurunan daya beli.

Pada Bulan Juli lalu, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, penjualan ritel di kuartal II 2017 hanya tumbuh 6,7 persen. Sementara di kuartal II 2016 lalu penjualan ritel tumbuh 7-8 persen. 

Adanya perlambatan pertumbuhan penjualan ritel di kuartal II 2017 merupakan cermin dari melemahnya ekonomi masyarakat saat ini.

Melemahnya ekonomi yang tercermin dari Penurunan daya beli ini menciptakan kurva demand yang menurun, itu menyebabkan harga-harga relatif tidak mengalami gejolak.

Sehingga dalam tiga tahun terakhir, inflasi kita relatif rendah. Tetapi pemerintah menilai dengan inflasi rendah, berarti ada ruang untuk menaikkan harga-harga yang bisa ditentukan pemerintah, seperti listrik, tarif air minum, termasuk biaya pengurusan STNK dan BPKB, yang sebenarnya tidak signifikan, tapi berdampak pada daya beli masyarakat.

C. HARUS ADA PEMIKIRAN YANG OUT OF THE BOX

Perekonomian Indonesia kian hari makin tidak menentu, meski berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh Pemerintahan Presiden Jokowi dibawah komando Sri Mulyani dan Darmin Nasution untuk mengkatrol ekonomi dalam negeri. 

Berbagai kebijakan Sri Mulyani semenjak diangkat oleh Jokowi sangatlah jauh dari cita-cita dan agenda besar Jokowi melalui Trisakti dan Nawacita.Maka jelas harus ada terobosan yang progresif untuk kembali memperkuat ekonomi rakyat. Harus ada pemikiran yang out of the box. 

Tidak bisa lagi tim ekonomi Pemerintah mengandalkan cara berpikir yang lama. Apalagi bila terperangkap di dalam pikiran yang sangat konservatif tersebut.

________

Sebagai kaum muda yang sedang melukis sejarah dan berhadapan dengan kondisi bangsa hari ini, maka Menjadi renungan bersama apa yang disampaikan oleh Sastrawan terbaik yang pernah kita miliki, Pramoedya Ananta Toer, “..Babak sinthesis sedang di ambang pintu. Yang jelas, semua yang telah terjadi akan abadi dalam ingatan bangsa ini dan umat manusia sepanjang abad, tak peduli orang suka atau tidak. Para pengarang akan menghidupkannya lebih jelas dalam karya-karyanya. Para pembunuh dan terbunuh akan menjadi abadi di dalamnya daripada sebagai pelaku sejarah saja. Topeng dan jubah suci akan berserakan.

*(ARDHI MORSSE. Direktur Gerakan Intelektual Islam (GIIS). Seni 4 Desember 2017. Pukul 17.23 wib.)*

​sumber info: https://metaonline.id/melemahnya-ekonomi-indonesia-dalam-agenda-besar-trisakti-dan-nawacita/

Mungkin Hanya Di Indonesia Jalan Umum jadi Arena Balap.

Saling Uji Suara Kenalpot, Saling Uji Kecepatan Motor Metik dan Moge, Saling Adu kehebatan salip menyalip antara Angkot, Pribadi, dan Bus kota, Adu paling kuat suara Klakson mobil dan motor, Adu penguasaan jalan antara Truk, tronton alat berat, dan Box Pembawa barang.

Adu keberanian dalam melanggar lampu merah, Adu kehebatan saat menggunakan trotoar sebagai jalan kendaraan, dan Adu Ego dalam menciptakan polusi udara.

Penjualan kendaraan menggurita bahkan seperti penjualan kacang goreng, di sisi lain para pengamen meramaikan lampu merah dengan segala rupa, dari kostum boneka anak-anak, amplop atas nama keprihatinan, hingga kelompok seni budaya tanpa jiwa.

Tak kalah serunya adalah bentakan-bentakan pengguna jalan yang saling menyalahkan saat saling melanggar lampu merah.

Oh… Ibu Kota,,,,

Kau kejam hingga membuat para penghuninya hilang perasaan, hilang hati nurani, dan saling membenci, mencaci maki, hingga saling mencelakai….

Antara yang pulang kerja dan berangkat kerja saling bertabrakakan waktu, saling menjalin mendahului karena waktu, saling menyerempet karena takut waktu….

Oh…  Warga Kota…

Hanya kekesalan dan frustrasi menjalani hidup tanpa tahu tujuan hidup, hari demi hari hanya keletihan, kekecewaan, kekesalan, dan kebencian yang di konsumsi hati dan pikiran.

Apakah ini adalah ciptaan manusia? 

Atau di ciptakan agar kita melupakan kebesaran bangsa…

Tanpa sadar sampai rumah kita hanya menjadi warga kota yang lupa bahwa kita memiliki tetangga, memiliki saudara, dan memiliki keluarga.

Setiap hari, setiap waktu, kita di benturkan dengan masalah ekonomi, masalah politik, masalah Kemacetan jalan, serta masalah polusi hati dan pikiran.

Konflik selalu terjadi, dimanapun, kapanpun, hingga masalah uang parkir dapat merenggut nyawa… 

Adakah pemimpin kita tahu bahwa warganya dalam keadaan frustrasi, dalam keadaan saling benci, dalam keadaan saling menghakimi… 

Kita bagian dari itu… Tapi pemimpin kita asik tidur, minum susu, makan keju, dan memelihara pemikiran Dungu… Tanpa sadar negeri ini sudah dalam Cengraman kapitalis Psikopat yang terus membelengggu.



*(ARDHI MORSSE, Simpang Tiga lampu merah, 3 Desember 2017. Pukul 19.59 Wib)*



sumber info:
​https://metaonline.id/psikopat-ibu-kota/