Archive for the ‘Morsse Reformis’ Category

Gambar menodai Islam

    Permasalahan yang menggoda Dunia Muslim telah menjadi luas ke titik yang kita gambar ternoda oleh jenis stereo adil. Misalnya, Islam sekarang disamakan dengan kekerasan, kemiskinan dan penghinaan. Pada kenyataannya, masalah ini tidak ada hubungannya dengan Islam. Ini bukan masalah yang secara eksklusif dalam domain Muslim.

Ekonomi dan Masalah Kemanusiaan

    Namun demikian, apa yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa di banyak bagian dunia Muslim, kita berada dalam krisis parah. Kenyataan sebenarnya adalah bahwa konflik kekerasan, konflik terutama domestik, berlimpah di Dunia Muslim. Konflik-konflik ini telah diekstrak manusia, biaya ekonomi dan politik yang sangat merusak dan mencegah negara dari mencapai potensi mereka sepenuhnya.

Menghubungkan dengan Terorisme

    Lebih merusak adalah link semakin dianut antara internasional terorisme dan Islam. Peristiwa mengerikan 11 September 2001 telah memberikan alasan yang nyaman bagi mereka yang ingin mempromosikan teori dari Benturan Peradaban. Bagi mereka, akan lebih mudah untuk melukis hal-hal dalam istilah mungkin pelik antara hitam dan putih, baik dan jahat: Barat dan Islam. Ini hal yang sangat Naif, jika dilihat dengan menawarkan proposisi matematika sederhana: Ada paling beberapa ribu anggota dalam Al-Qaeda-linked organisasi teroris. Sebagai perbandingan, ada lebih dari satu miliar umat Islam menjalani kehidupan yang sangat biasa dan sangat damai. Oleh karena itu tragis bahwa ini hubungan palsu dari Islam dan umat Islam dengan terorisme telah memperoleh mata uang internasional.

Kurangnya Persatuan

    Kita harus mengakui bahwa banyak masalah ini timbul karena kelemahan kita. Dan banyak kelemahan kita berasal dari fakta bahwa kesatuan kita begitu rapuh dan terlalu mudah terfragmentasi. Semua muslim membaca Quran, dan ini akan selalu menjadi sumber bimbingan dan inspirasi Ilahi. Ajaran Al-Qur’an yang dinamis dan relevan untuk semua waktu. Dengan demikian, seharusnya tidak disalahkan atas kegagalan kita, melainkan kita harus menyalahkan diri kita sendiri karena tidak berhasil memahami ajaran-ajaran dan pesan-pesannya.

Pemanfaatan Sumber Daya

    Namun kekerasan tidak menjadi masalah yang menjadi masalah hanya kita. Ada banyak sumber daya di banyak negara Muslim. Memang, beberapa dari kita yang kaya dan makmur. Namun kemiskinan dan bentuk-bentuk perampasan juga merupakan bagian yang luas dan menguntungkan dari lanskap Muslim. Sebagai bantuan program pembangunan PBB melaporkan atestasi, kemiskinan adalah masalah serius yang melanda setengah negara Dunia Muslim. Di Sub-Sahara Afrika, dimana porsi yang cukup besar adalah Muslim, sebanyak 90 persen dari populasi beberapa negara hidup dengan kurang dari US $ 2 per hari untuk membeli hal daya paritas.

Tarif Tinggi Buta Aksara

    Islam menekankan mengejar pengetahuan. Namun sebagian besar negara Muslim juga memiliki tingkat dewasa buta huruf yang tinggi. Bahkan banyak dari mereka yang berpendidikan menderita pengangguran dan penghinaan. Jutaan anak-anak Muslim di seluruh Globe kekurangan gizi. Sebagian besar pengungsi di dunia saat ini adalah Muslim.

Lemah Demokrasi

    Di bidang politik, jauh lebih dapat dilakukan dengan beberapa negara Muslim untuk memungkinkan partisipasi oleh orang-orang mereka dalam proses pemerintahan. Penting untuk menyadari bahwa, tanpa partisipasi mereka, pemerintah tidak akan tahu aspirasi masyarakat dan potensi penuh mereka juga akan tetap belum dimanfaatkan. Pembatasan kebebasan sipil dan politik sangat parah dalam kasus wanita di negara Muslim.

Rentan terhadap Ide ekstremis Pemuda Muslim

    Ini adalah di bawah kondisi politik dan sosial ekonomi, ketika cara-cara damai dan demokratis untuk ganti rugi terbatas, bahwa pemuda Muslim rentan menyerah pada ide-ide ekstrimis. Begitu mereka mulai memelihara ide-ide ekstremis, mereka mudah menjadi rekrutan bagi mereka yang tertarik dalam merebut agama untuk cita-cita mereka sempit dan kekerasan. Mereka yang memakai terorisme sering berakhir dengan menyakiti tidak hanya bersalah tetapi juga penyebab utama bahwa mereka mencoba untuk menjadi juara. Kekerasan dan terorisme menciptakan citra negatif tentang Islam dan Muslim, yang dapat dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam.

Sedikit Pengaruh di Dunia Luar

    Dampak kumulatif dari semua masalah ini adalah untuk memberikan citra yang sangat negatif dari dunia Muslim. Karena kurangnya kapasitas, negara-negara Muslim sering di pinggiran Orde Global. Meskipun jumlah kita, kita memiliki sedikit pengaruh dalam urusan dunia.

Restorasi Citra Muslim

    Tantangan di depan Dunia Islam saat ini adalah untuk berhadapan dengan realitas jelek dari situasi kita saat ini dan mengembalikan citra Islam dan umat Islam. Kita harus berjuang untuk kebangkitan peradaban Islam. Kita harus memulihkan keunggulan dari peradaban, yaitu perdamaian, kemakmuran dan martabat. Seperti biasa, pencarian kehormatan internasional dan martabat harus dimulai di rumah. Kita harus menciptakan lingkungan di mana perdamaian bisa menang, ekonomi bisa makmur dan orang menemukan martabat mereka.

Kurangnya Perdamaian dan Stabilitas

    Prasyarat pertama kami harus menjadi perdamaian dan stabilitas. Kita tidak bisa makmur atau hidup bermartabat tanpa perdamaian. Perdamaian dan stabilitas yang kita cari tidak dapat dipaksakan oleh laras senjata. Dan perdamaian yang dicapai dengan menyangkal warga negara kita dengan suara yang sah adalah ilusi dan tidak akan bertahan. Perdamaian seperti itu akhirnya akan berkembang biak reaksi kekerasan.

Perlindungan Minoritas Etnis

    Damai yang kita cari harus dibangun di atas kepercayaan dan keyakinan rakyat kita. Hal ini hanya akan datang ketika kita memperjuangkan hak-hak mereka dan memberikan ruang bagi mereka untuk memenuhi aspirasi yang sah. Kami hanya dapat memiliki perdamaian abadi jika kita merawat kita minoritas agama dan etnis serta kita merawat diri kita sendiri. Damai kami harus dibangun di atas toleransi dan keadilan bagi semua.

Pengentasan Kemiskinan

    Bagi dunia Muslim untuk benar-benar mengangkat dirinya, kita harus berkonsentrasi pada pembangunan kapasitas untuk. Umat ​​harus dilengkapi dengan alat untuk berhasil. Kita harus memahami setiap kesempatan untuk bertukar pengalaman antara diri kita sendiri di daerah tentang pemberantasan kemiskinan, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhan hanya tidak cukup. Kita harus bertujuan untuk pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan, pertumbuhan yang dibagi secara efisien dan didistribusikan secara adil.

Kurangnya Pengembangan Sumber Daya Manusia

    Aset bahwa beberapa dari kita sudah memiliki harus efisien dikembangkan. Dalam hal ini, tidak ada aset yang lebih berharga daripada orang kita sendiri. Tidak ada investasi yang lebih menguntungkan, atau lebih produktif, dari investasi pada orang kita sendiri. Kita perlu menyepakati prioritas tertinggi untuk pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia kita. Ini adalah area di mana banyak negara Muslim lemah. Kita harus memberantas buta huruf dan membangun infrastruktur pendidikan yang berkualitas, dengan bantuan eksternal yang diperlukan. Mengejar keunggulan akademis adalah tujuan kita harus berkubu di muda kita.

Mengabaikan Perempuan Dalam Pembangunan Bangsa

    Di sebagian besar dunia Muslim, kita bersalah mengabaikan salah satu sumber daya kita yang paling berharga: perempuan dalam masyarakat kita. Kami telah gagal untuk menyediakan mereka akses yang memadai terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kami telah gagal sesuai mereka martabat dan rasa hormat yang sama bahwa mereka sepenuhnya layak. Dalam melakukannya, kita hanya improvedished diri kita sendiri, dan terpinggirkan satu setengah penuh kemanusiaan Muslim. Tapi sepenuhnya dikembangkan, ini juga merupakan daerah di mana kita memiliki waduk besar kekayaan potensi yang belum dimanfaatkan.

Dalam rangka Perjuangan dunia Muslim dimulai dengan menempatkan rumah kita sendiri. Tapi ini hanya awal. Untuk diberikan tempat yang terhormat dalam masyarakat internasional, kita harus membebaskan diri kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab dari komunitas itu. Perang harus berhenti menjadi pilihan di antara bangsa Muslim, dan antara negara Muslim dan lainnya.

Ketergantungan Setelah Powers luar

    Salah satu kendala terbesar pada pemberdayaan Muslim dalam urusan global adalah kenyataan bahwa kita sering dibagi antara kita sendiri. Kita harus merapatkan barisan. Kita harus berusaha untuk mencairkan ketidakpercayaan, permusuhan dan persaingan yang terkadang merusak kohesi kita. Kita harus berusaha untuk menyajikan sebuah front yang kuat dan bersatu pada isu-isu yang sayang dan vital kepada dunia Muslim. Kita harus mengurangi ketergantungan kita pada kekuatan luar, dan menolak mengorbankan kepentingan kolektif kita mendukung mereka.

Tertarik pada Pengetahuan Ilmiah

    Masa depan Islam dan umat Islam namun, pada akhirnya terletak pada bekerja dengan orang lain untuk saling memperkaya, dan tidak bertentangan dengan mereka. Kita tidak bisa maju dengan membangun dinding dan mundur ke dalam cangkang kita. Kita harus secara aktif mencari dan melakukan yang lain, karena ada banyak yang kita dapat belajar dan manfaat dari mereka. Peradaban Islam awal terbuka dan outward looking. Misalnya, tidak ragu-ragu untuk menyerap pengetahuan ilmiah dari Yunani dan Roma. Dalam proses ini, peradaban Islam juga berkontribusi pada basis pengetahuan dan menyerahkannya ke Dunia Barat.

Memperkuat Jembatan Kerjasama dengan Barat

    Ada lebih mendesak lagi sekarang untuk dunia Muslim untuk belajar dari Barat, karena kita telah ditinggalkan oleh abad kolonialisme dan oleh kelalaian kita sendiri dan tata pemerintahan yang buruk. Kita harus memperkuat jembatan kerjasama dan pemahaman dengan Barat dan dengan orang lain. Kita harus membangun kepercayaan dan keyakinan. Ada banyak yang saham peradaban Islam dengan yang lain. Mari kita merayakan kesamaan, dan menghormati perbedaan.

    Bangsa Muslim pantas diberi kehormatan oleh masyarakat internasional. Negara-negara miskin dengan sumber daya alam yang langka dan modal manusia akan menghadapi tantangan terbesar. Aksi nasional saja akan tidak memadai. Mereka membutuhkan dukungan eksternal yang kuat dan berkelanjutan dari masyarakat internasional, termasuk dari teman-teman di dunia Muslim.

Kurangnya Kerjasama Reksa

    Semakin beruntung di antara kita yang stabil secara politis dan ekonomis tetap harus cenderung defisit keluar, baik politik, ekonomi atau sosial. Kita perlu secara khusus untuk meningkatkan tata kelola dalam bidang yang sangat.

 

 

 

Masyarakat melakukan perlawanan, namun yang di lawan pemerintah daerah, kepolisian Daerah dan TNI yang bertugas di daerah yang terdampak pembangunan tersebut.

Dibeberapa Wilayah banyak masyarakat nangis dan menjerit karena kehilangan kampung halaman akibat pembangunan Tol dan Jalan Kereta Cepat.

Beruntung ada yang dapat ganti rugi, dan yang kurang beruntung tidak dapat apapun karena alasan ini dan itu.

Dampak Sosial yang diakibatkan Mega proyek Masyarakat Terbelah karena ada yang di untungkan ada pula yang di rugikan dengan berbagai dalih dan alasan.

-Masyarakat dan Pemerintah daerah, juga aparat (TNI – Polri), yang bertugas di lokasi terdampak seperti sengaja di Adu domba, karena setiap akan ada penggusuran demi mega proyek, maka banyak perlawanan dan unjuk rasa dari kelompok masyarakat melawan pemerintah daerah dan aparat setempat yang tidak jarang menimbulkan korban jiwa.

-Kepercayaan Masyarakat terhadap pemerintah daerah dan Aparat baik kepolisian dan TNI menurun, karena mereka menilai bahwa pemerintah daerah dan Aparat menzolimi atau Menindas mereka secara sewenang-wenang.

-Hilangnya jiwa nasionalisme dan Patriotisme masyarakat karena masyarakat merasa tidak lagi di lindungi pemerintah atau negara.

-Masyarakat bukan hanya kehilangan tempat tinggal atau kampung halaman tapi juga pesimis dalam menghadapi masa depan, karena mereka menilai pemerintah bukan memberikan solusi terhadap kesulitan masyarakat namun malah menjadi bencana penderitaan masyarakat.

Pertanyaannya:
Pembangunan Tol atau jalan kereta itu proyek siapa untuk siapa?,
Dan apakah warga yang kehilangan kampung halamannya mendapatkan keuntungan dan ikut menikmati pembangunan proyek tersebut?

Apakah pemerintah daerah, kepolisian dan TNI yang bertugas di daerah terdampak ketika di lawan dan di demo dapat menyelamatkan atau melindungi warga yang kehilangan kampung halamannya?

Ingat!!!
itu mega proyek pusat yang bekerja sama dengan para cukong dan investor China, jadi apapun printah pusat tidak akan ada yang bisa menghalangi walaupun berakibat buruk atau negatif terhadap wilayah dan psikologis masyarakat.
Karena pemerintah pusat hanya mementingkan apa yang dapat menguntungkan mereka dan menguntungkan para cukong/pengusaha yang mendorong mereka.

Jadi harusnya,
Masyarakat Bersatu menggugat pemerintah pusat dengan tuntutan atau penolakan, melalui demo/unjuk rasa, karena pemerintah pusatlah sumber bencana kemanusiaan saat ini yang harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan, perpecahan, Kemiskinan, konflik masyarakat dengan pemerintah dan Aparat daerah, serta kehancuran sendi – sendi kehidupan.

Pemerintah Pusat:

Begitu ada yang bertanya kepada pemerintah pusat terkait banyaknya masyarakat yang menjerit, melakukan perlawanan dengan penuh kebencian terhadap pemerintah dan Aparat daerah karena mereka merasa tertindas dengan adanya mega proyek tersebut, maka pemerintah pusat sambil nyengir akan menjawab,
“Kok nanya saya semua, itu bukan urusan saya, itu mentri ini dan itu, sy ndak tahu, yang penting harus ada percepatan. Salut 👌🇮🇩😂

Selasa 1 September 2020. Pukul 01.30 Wib. Ketika baru pulang dari ngopi di pinggir bangunan mega proyek tol bandara.

TRAGEDI Yang Cukup MENYEDIHKAN… (Ini FAKTA bahwa negara Tetangga Mengolok-olok Pertahanan Laut kita).

Vietnam Fisheries Resources Surveillance KN-213, Dengan Sengaja MENABRAK
KRI Tjiptadi (Corvette 381,Parchim Class)

KENAPA Mereka TIDAK TAKUT?,
Bahkan BERANI Menarbak KAPAL PERANG Angkatan Laut Indonesia ?
Apakah Kekuatan Angkatan Laut Indonesia Sudah Di Anggap Lemah Oleh Negara Tetangga?

Kejadian ini Jelas Menyampaikan Sebuah Keterangan Bahwa, “ADA YANG SALAH DENGAN SISTEM PERTAHANAN REPUBLIK INI.”

__________________________
__________________________

Sabtu, 27 April 2019

Saat KRI TPD TNI AL melaksanakan patroli di laut Natuna dan menangkap sebuah kapal berbendera Vietnam KIAV BD 979 karena kedapatan melakukan ilegal fishing, dua kapal dinas perikanan Vietnam mendekat untuk menghalangi proses penangkapan.

Kedua kapal yang diidentifikasi sebagai kapal dinas perikanan Vietnam (KN 264 dan KN 231) kemudian bermanuver mendekati KIAV BD 979 dan beberapa kali menabraknya hingga mengalami kerusakan pada bagian bakat.

Meski diteror dua kapal Vietnam, KRI TPD TNI AL tetap menyeret kapal asing tersebut ke Lanal Ranai tanpa menghiraukan manuver dua kapal dinas perikanan Vietnam yang terus melakukan manuver berbahaya.

Diluar dugaan, KN 264 melakukan aksi nekat dengan menabrak KRI TPD TNI AL dari sisi lambung kiri. Sedangkan KN 231 menabrak KIAV BD 979 hingga bocor dan tenggelam.

Melihat situasi KRI yang bisa terseret kapal KIAV BD 979 karena tenggelam akhirnya komandan kapal perintahkan potong seluruh tali yang menghubungkan KRI TPD dengan KIAV BD 979.

Tidak lama, kedua kapal dinas perikanan Vietnam akhirnya pergi menjauh. Sejumlah 15 ABK KIAV BD 979 berhasil diamankan dan diinterogasi,” begitu caption unggahan tersebut.

Sumber Informasi:

wow.tribunnews.com/amp/2019/04/28/pernyataan-resmi-tni-al-terkait-video-viral-kapal-vietnam-tabrak-kapal-perang-indonesia?page=4

A.KONDISI EKONOMI RAKYAT

“Seorang alim masih boleh menghidupkan ekonomi bangsanya walaupun setelah ratusan tahun meninggal dunia; ramai ahli politik membunuh ekonomi bangsa walau memerintah satu penggal.” (Wan Mohd Nor Wan Daud, “Rihlah Ilmiah: dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer”)

Kutipan di atas menggambarkan keadaan ekonomi hasil kebijakan para pemimpin dan politikus Indonesia hari ini. Dalam tiga tahun terakhir ini kita melihat pemerintah mengabaikan pemembangunan ekonomi rakyat dan lebih memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Sedangkan masalah yang dihadapi bangsa saat ini adalah melemahnya ekonomi rakyat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, data pertumbuhan ekono¬mi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2016 tumbuh 4,92. Hasil tersebut juga di bawah target pemerintah yakni sebesar 5,3%. Lebih rendah dari kuartal sebelum¬nya (kuartal IV tahun 2015) sebesar 5,04%.Kemudian Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), dibandingkan Desember 2016 data pertumbuhan penjualan eceran bulan Januari 2017 menunjukkan penurunan.

Penurunan terjadi pada penjualan suku cadang dan aksesori turun 0,9%; penjualan makanan, minuman, dan tembakau turun 2,7%; penjualan bahan bakar kendaraan turun 2,2%; penjualan peralatan informasi dan komunikasi turun 0,6%; penjualan perlengkapan rumah tangga turun 0,7; Penjualan barang budaya dan rekreasi turun 1,3%; dan penjualan sandang (pakaian) turun 2,1%.

Penurunan daya beli masyarakat ini juga menyebabkan harga-harga relatif tidak banyak bergejolak.

Oleh sebab itu, dalam beberapa tahun terakhir inflasi nasional relatif rendah.

B.PENYEBAB MELEMAHNYA EKONOMI RAKYAT DAN PENURUNAN DAYA BELI

Salah satu hal yang menonjol beberapa tahun terakhir ini adalah keterbatasan lapangan kerja, sehingga sekalipun orang tidak masuk ke pengangguran terbuka, tetapi mereka terlempar ke sektor nonformal. 

Sektor ini tentu tidak menghasilkan penghasilan yang memadai. Sehingga kalau penghasilannya tidak memadai, barang-barang yang mampu dibeli sangat terbatas. Itu yang disebut penurunan daya beli.

Pada Bulan Juli lalu, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, penjualan ritel di kuartal II 2017 hanya tumbuh 6,7 persen. Sementara di kuartal II 2016 lalu penjualan ritel tumbuh 7-8 persen. 

Adanya perlambatan pertumbuhan penjualan ritel di kuartal II 2017 merupakan cermin dari melemahnya ekonomi masyarakat saat ini.

Melemahnya ekonomi yang tercermin dari Penurunan daya beli ini menciptakan kurva demand yang menurun, itu menyebabkan harga-harga relatif tidak mengalami gejolak.

Sehingga dalam tiga tahun terakhir, inflasi kita relatif rendah. Tetapi pemerintah menilai dengan inflasi rendah, berarti ada ruang untuk menaikkan harga-harga yang bisa ditentukan pemerintah, seperti listrik, tarif air minum, termasuk biaya pengurusan STNK dan BPKB, yang sebenarnya tidak signifikan, tapi berdampak pada daya beli masyarakat.

C. HARUS ADA PEMIKIRAN YANG OUT OF THE BOX

Perekonomian Indonesia kian hari makin tidak menentu, meski berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh Pemerintahan Presiden Jokowi dibawah komando Sri Mulyani dan Darmin Nasution untuk mengkatrol ekonomi dalam negeri. 

Berbagai kebijakan Sri Mulyani semenjak diangkat oleh Jokowi sangatlah jauh dari cita-cita dan agenda besar Jokowi melalui Trisakti dan Nawacita.Maka jelas harus ada terobosan yang progresif untuk kembali memperkuat ekonomi rakyat. Harus ada pemikiran yang out of the box. 

Tidak bisa lagi tim ekonomi Pemerintah mengandalkan cara berpikir yang lama. Apalagi bila terperangkap di dalam pikiran yang sangat konservatif tersebut.

________

Sebagai kaum muda yang sedang melukis sejarah dan berhadapan dengan kondisi bangsa hari ini, maka Menjadi renungan bersama apa yang disampaikan oleh Sastrawan terbaik yang pernah kita miliki, Pramoedya Ananta Toer, “..Babak sinthesis sedang di ambang pintu. Yang jelas, semua yang telah terjadi akan abadi dalam ingatan bangsa ini dan umat manusia sepanjang abad, tak peduli orang suka atau tidak. Para pengarang akan menghidupkannya lebih jelas dalam karya-karyanya. Para pembunuh dan terbunuh akan menjadi abadi di dalamnya daripada sebagai pelaku sejarah saja. Topeng dan jubah suci akan berserakan.

*(ARDHI MORSSE. Direktur Gerakan Intelektual Islam (GIIS). Seni 4 Desember 2017. Pukul 17.23 wib.)*

​sumber info: https://metaonline.id/melemahnya-ekonomi-indonesia-dalam-agenda-besar-trisakti-dan-nawacita/

Mungkin Hanya Di Indonesia Jalan Umum jadi Arena Balap.

Saling Uji Suara Kenalpot, Saling Uji Kecepatan Motor Metik dan Moge, Saling Adu kehebatan salip menyalip antara Angkot, Pribadi, dan Bus kota, Adu paling kuat suara Klakson mobil dan motor, Adu penguasaan jalan antara Truk, tronton alat berat, dan Box Pembawa barang.

Adu keberanian dalam melanggar lampu merah, Adu kehebatan saat menggunakan trotoar sebagai jalan kendaraan, dan Adu Ego dalam menciptakan polusi udara.

Penjualan kendaraan menggurita bahkan seperti penjualan kacang goreng, di sisi lain para pengamen meramaikan lampu merah dengan segala rupa, dari kostum boneka anak-anak, amplop atas nama keprihatinan, hingga kelompok seni budaya tanpa jiwa.

Tak kalah serunya adalah bentakan-bentakan pengguna jalan yang saling menyalahkan saat saling melanggar lampu merah.

Oh… Ibu Kota,,,,

Kau kejam hingga membuat para penghuninya hilang perasaan, hilang hati nurani, dan saling membenci, mencaci maki, hingga saling mencelakai….

Antara yang pulang kerja dan berangkat kerja saling bertabrakakan waktu, saling menjalin mendahului karena waktu, saling menyerempet karena takut waktu….

Oh…  Warga Kota…

Hanya kekesalan dan frustrasi menjalani hidup tanpa tahu tujuan hidup, hari demi hari hanya keletihan, kekecewaan, kekesalan, dan kebencian yang di konsumsi hati dan pikiran.

Apakah ini adalah ciptaan manusia? 

Atau di ciptakan agar kita melupakan kebesaran bangsa…

Tanpa sadar sampai rumah kita hanya menjadi warga kota yang lupa bahwa kita memiliki tetangga, memiliki saudara, dan memiliki keluarga.

Setiap hari, setiap waktu, kita di benturkan dengan masalah ekonomi, masalah politik, masalah Kemacetan jalan, serta masalah polusi hati dan pikiran.

Konflik selalu terjadi, dimanapun, kapanpun, hingga masalah uang parkir dapat merenggut nyawa… 

Adakah pemimpin kita tahu bahwa warganya dalam keadaan frustrasi, dalam keadaan saling benci, dalam keadaan saling menghakimi… 

Kita bagian dari itu… Tapi pemimpin kita asik tidur, minum susu, makan keju, dan memelihara pemikiran Dungu… Tanpa sadar negeri ini sudah dalam Cengraman kapitalis Psikopat yang terus membelengggu.



*(ARDHI MORSSE, Simpang Tiga lampu merah, 3 Desember 2017. Pukul 19.59 Wib)*



sumber info:
​https://metaonline.id/psikopat-ibu-kota/

A. PEMAHAMAN BONUS DEMOGRAFI

Ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh lebih cepat dan terjadi perbaikan kualitas sumber daya manusia. Manfaat ekonomi yang terjadi akibat menurunnya rasio ketergantungan (angka yang menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk usia nonprodukif dan jumlah penduduk usia produktif) inilah yang disebut dengan bonus demografi.

Indonesia diprediksi mendapatkan bonus demografi pada 2020-2030, dimana jumlah jumlah penduduk usia produktif akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya yang 30 persen masuk usia tidak produktif (14 tahun ke bawah dan 65 tahun ke atas). Data yang digunakan untuk menganalisis bonus demografi saat ini masih mengacu pada hasil proyeksi penduduk dalam UN World Population Prospects (2002).

Badan Kependudukan & Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan bonus demografi sebagai keuntungan yang dinikmati suatu negara akibat besarnya proporsi penduduk produktif yakni rentang usia 15- 65 tahun dalam evolusi kependudukan yang dialami oleh negara tersebut.

Menurut buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang diterbitkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Badan Pusat Statistik (BPS) dan United Nations Population Fund (UNFPA) pada tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 271,1 juta jiwa pada 2020.

Jika persentase bonus demografi dihitung berdasarkan angka proyeksi maka jumlah penduduk usia produktif tiga tahun yang akan datang diperkirakan mencapai 189,7 juta jiwa.

Meskipun BKKBN mendefenisikan fenomena kependudukan itu sebagai sebuah keuntungan namun hal itu juga bisa menimbulkan kerugian bahkan bencana.

Di satu sisi, bonus demografi memberi keuntungan karena melimpahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif. Namun di sisi lain, bencana siap mengintai apabila angkatan kerja yang melimpah itu tidak berkualitas baik.

Setidaknya ada dua argumen mengapa potensi bonus demografi meleset dari perkiraan sebelumnya.

Pertama, rasio ketergantungan tak serendah yang diperkirakan. Rasio ketergantungan Indonesia akan mencapai titik terendah sebesar 44 per 100 penduduk usia produktif selama periode tahun 2020 hingga 2030 jika didasarkan pada proyeksi penduduk dalam UN World Population Prospects (2002). Namun, proyeksi penduduk yang dilakukan oleh Lembaga Demografi FEUI dengan menggunakan basis data Sensus Penduduk 2010 menunjukkan hasil yang berbeda. Rasio ketergantungan terendah hanya akan mencapai angka 46, bukan 44 seperti perkiraan sebelumnya. Maknanya, manfaat bonus demografi tidak sebesar yang diharapkan. Setiap 100 penduduk usia produktif akan menanggung bukan 44 melainkan 46 penduduk usia nonprodukif (terdiri atas 35 penduduk muda berusia 0-14 tahun dan 11 penduduk lansia).

Kedua, Rentang waktu rasio ketergantungan mencapai titik terendah ternyata lebih pendek. Berdasarkan UN World Population Prospects (2002) diperkirakan rasio ketergantungan akan mencapai titik terendah selama kurun 2020-2030. Periode tersebut dikenal dengan istilah the window of opportunity (Sri Moertiningsih Adioetomo, 2005).

B. KENDALA BONUS DEMOGRAFI

I. NARKOBA

Saat ini narkoba memang menjadi salah satu tantangan terbesar bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan Puslitkes Universitas Indonesia (UI) Tahun 2015 tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia telah mencapai 2,20% atau sekitar 4.098.029 orang dari total populasi penduduk (berusia 10-59 tahun). Sebanyak 35-50 orang meninggal sia-sia setiap hari akibat penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba baik secara langsung maupun tidak.

Menurut survei tersebut, persentase penyalahguna berdasarkan latar belakang pekerjaan masing-masing adalah 50,34% pekerja, 27,32% pelajar dan mahasiswa, serta 22,34% pengangguran. Data tersebut tentu menjadi warning bagi bangsa kita agar lebih serius dalam menangani persoalan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Narkoba kini menjadi musuh bangsa nomor satu karena telah merasuk ke semua elemen masyarakat.

Di dalam lingkungan pendidikan, maraknya penyalahgunaan narkoba akan menghasilkan generasi muda yang diperbudak adiksi. Pelajar yang telah kecanduan narkoba tak bisa lagi belajar secara maksimal. Biasanya terjadi penurunan prestasi yang signifikan disertai dengan perubahan sikap dan prilaku mengarah pada hal-hal negatif (HIV/AIDS & SEX BEBAS).

II. SEX BEBAS

Meningkatnya budaya seks bebas di kalangan pelajar mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Bahkan perilaku seks pra nikah tersebut dari tahun ke tahun meningkat.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan selain narkoba dan HIV/AIDS, persoalan utama remaja Indonesia saat ini adalah seks bebas. Hal tersebut harus segera ditangani mengingat jumlah remaja terbilang besar yakni mencapai 26,7 persen dari total penduduk.

Temuan Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Penelitian Bisnis dan Humaniora (LSCK-PUSBIH) di tahun 2008 lebih mengagetkan lagi. LSCK-PUSBIH melakukan penelitian terhadap 1.660 mahasiswi di Yogyakarta.

Hasil yang mereka dapatkan, 97,05% mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang kegadisannya dan 98 orang mengaku pernah melakukan aborsi.

Penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI) di 33 Provinsi pada bulan Januari-Juni 2008 menyimpulkan empat hal: Pertama, 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno. Kedua, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral seks. Ketiga, 62,7% remaja SMP tidak perawan. Dan yang terakhir, 21,2% remaja mengaku pernah aborsi.

Kementerian Kesehatan 2009 pernah merilis hasil penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya yang menunjukkan sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

III. MUTU PENDIDIKAN

Pada tahun 2014 posisi pendidikan Indonesia sangatlah buruk. The Learning Curve Pearson 2014, sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia memaparkan bahwa Indonesia menempati peringkat terakhir dalam mutu pendidikan di dunia. Sedangkan di tahun 2015 mutu pendidikan di Indonesia masih saja berada di 10 negara yang memiliki mutu pendidikan yang rendah, peringkat tersebut di dapat dari Global School Ranking.

Mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih kurang baik dibandingkan dengan negara-negara di kawasan OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development) atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian Harvard University, maka apabila kecepatan pendidikan Indonesia tak berubah, maka Indonesia membutuhkan waktu 300 tahun lagi untuk dapat menyamai mutu pendidikan di negara-negara OECD

Merangkum dari beberapa sumber, dapat dikatakan bahwa ada empat faktor yang setidaknya menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, yaitu:

a. Pengunaan Buku Paket Sebagai Buku “Acuan”
Indonesia sudah beberapa kali mengganti kurikulum yang digunakan tetapi setiap terjadinya perubahan tersebut tidak menimbulkan kemajuan dari hal tersebut. Meskipun kurikulum diubah, tetapi sistem pengunaan buku acuan atau buku paket tetap saja digunakan dalam proses pembelajaran, guru-guru pun mengunakan buku tersebut menjadi acuan utama untuk mengajar tanpa ada referensi dari buku yang lainnya.

b. Sistem Pengajaran yang Monoton
Sistem pembelajaran yang sama selalu di terapkan para guru untuk muridnya, dengan memberi peraturan bahwa selama guru menyampaikan materi, murid tidak di perbolehkan bertanya. Hal tersebut malah menjadikan anak murid malas bertanya dan justru tidak memperhatikan materi yang di sampaikan, tidak ada komunikasi yang aktif antara anak murid dengan guru.

c. . Kualitas Guru yang Rendah
Bukan rahasia lagi bahwa para guru di Indonesia itu memiliki kualitas yang rendah, mereka lebih mementingkan mutu mereka sendiri dari pada keberhasilan para muridnya. Tuntutan dari pemerintah yang juga meminta sertifikasi lebih mendorong mereka untuk memanipulasi data, dan mementingkan adminitrasi sekolah, bagaimna cara pempertahankan murid, cara menarik murid-murid baru, agar ingin mendaftar ke sekolah tersebut.

d. Budaya Mencontek yang Semakin Menjadi Budaya mencontek, sebenarnya bukanlah salah dari anaknya malas belajar, tetapi dari gurunya tidak dapat mengontrol kebiasaan anak seperti itu, yang lebih parahnya lagi, ada beberapa guru yang mengajarkan anak-anaknya untuk mencontek, seperti yang sering terdengar sekarang bahwa, setiap anak-anak kelas akhir di tingkat SMP maupun SMA, yang ingin ujian nasional di berikan bocoran kunci jawaban dari sekolah.

Kemudian terakhir Ikhtisar Data Pendidikan Dasar 2015/2016 menunjukkan betapa tinggi lulusan SD yang tak bisa melanjutkan ke SLTP, ditambah siswa putus sekolah, mencapai 1 juta anak lebih. Menurut BPS, ada 48,02 juta (40%) dari 120 juta pekerja Indonesia berpendidikan SD. Itu pun yang tak tamat SD mencapai 15,65 juta (13%) dan yang tidak pernah sekolah 4,3 juta orang (3,6%). Sementara pekerja dengan pendidikan sekolah menengah pertama mencapai 21.48 juta orang (17,8%).

IV. ANGKA KELAHIRAN

Asumsi angka kelahiran (fertilitas) 1,89 anak per perempuan di tahun 2030 yang digunakan dalam UN World Population Prospects (2002) sulit tercapai. Berdasarkan tren fertilitas yang ada, Lembaga Demografi FEUI memperkirakan bahwa di tahun 2030 angka kelahiran ”hanya” dapat turun menjadi 2,15 anak per perempuan. Berarti, jumlah kelahiran lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya.

Dampaknya, jumlah penduduk usia nonproduktif dari kelompok usia muda (0-14 tahun) juga akan lebih banyak daripada yang diproyeksikan sebelumnya. Apalagi angka kelahiran total (TFR) hasil Survei Demografi dan Kesehatan 2012 (BPS) juga cenderung stagnan selama lima tahun terakhir, yaitu 2,6 anak per perempuan. Program Keluarga Berencana dalam beberapa tahun terakhir gagal mencapai targetnya.

V. ANGKA KEMATIAN

Kematian bayi pada 2030 kemungkinan lebih rendah dibandingkan asumsi UN World Population Prospects (2002): diperkirakan turun 18,9 per 1.000 kelahiran hidup. Lembaga Demografi FEUI melihat tren bahwa angka kematian bayi bisa turun hingga 17 per 1.000 kelahiran hidup di 2030.

Penurunan angka kematian bayi bisa lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya. Dampaknya, usia harapan hidup akan lebih tinggi dibandingkan asumsi UN World Population Prospects (2002). Jumlah lansia meningkat lebih cepat dari perkiraan sehingga berkontribusi terhadap penambahan penduduk usia nonproduktif.

VI. PELUANG KERJA

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang. Selain itu angkatan kerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja dengan tingkat pendidikan primer (SD) sebesar 26,55 % dan tingkat sekunder yaitu SLTP sebesar 18,04 % dan SLTA sebesar 18,05 %. Adapun angakatan kerja dengan tamatan Universitas hanya sebesar 8,34.

C. PENUTUP

Penduduk usia produktif yang tidak berada dalam performa terbaiknya tentu akan tersisih.  Ketidaksiapan baik secara fisik dan mental akan membuat angkatan kerja kesulitan bersaing.
Ujung-ujungnya akan muncul permasalahan serius yaitu terjadinya pengangguran besar-besaran yang membebani negara.

Oleh karena itu, baik masyarakat maupun pemerintah masih harus terus berupaya untuk meningkatkan tingkat pendidikan penduduk sehingga akan menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang akan meningkatkan produktivitas nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Yang Paling utama Pemerintah harus berpikir untuk menjadi agent of development untuk peningkatan kualitas SDM dan Pemerintah perlu membuat target konkret yang masuk akal dan tak hanya sebatas imbauan atau wacana semata.

*(ARDHI MORSSE. 28 November 2017.Pukul 04.00 wib.)*


Hari kamis malam Jumat, 18 agustus 2016 Pukul 19.11 wib. Telah terjadi adu mulut antara petugas pelaksana penegak perda (Satpol PP-Satlinmas) dengan tukang parkir yang berasal dari kupang & Ambon.
 
Awal permasalahan adalah adanya Tukang parkir yang tidak terima adanya pemberian arahan oleh anggota Satlinmas Kota Tangerang kepada pedagang agar tidak berjualan di atas taman di lokasi Pusat pemerintah kota tangerang Jalan Satria sudirman, kelurahan suka asih, kecamatan tangerang, kota tangerang.

Sikap Arogansi dalam keadaan mabuk tukang parkir yang seolah-olah taman tersebut adalah milik pribadinya menjadi penghalang untuk menciptakan ketertiban di wilayah umum, apalagi di lokasi yang berada di wilayah pusat pemerintahan.

Kejadian arogansi tukang parkir bukan hanya kali ini saja, bahkan Sudah berkali-kali dan sampai terjadi pemukulan oleh tukang parkir orang Ambon terhadap pengunjung beberapa waktu lalu, seperti pemukulan terhadap petugas DKP Kota Tangerang, Pegawai Kesbangpol Kota Tangerang, hingga mahasiswa UNIS Tangerang, walaupun korban melaporkan kepada pihak kepolisian namun laporan korban pemukulan seperti angin lalu, tidak ada langkah nyata dari pihak yang berwajib maupun tindakan nyata dari intansi pemerintah terkait untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi warga kota tangerang.

Tukang parkir di wilayah taman kawasan pusat pemerintah kota tangerang yang begitu arogan di sertai mabuk dan selalu menggunakan tindak kekerasan pada kenyataannya tidak memberikan dampak positif terhadap APBD Kota Tangerang maupun Keamanan & Kenyamanan lingkungan, kenyataan yang terjadi hanya membuat warga kota tangerang yang berkunjung merasa tidak aman dan merasa terganggu.

Mereka tukang parkir di wilayah tersebut secara semena-mena menetapkan tarif, untuk motor dua ribu, jika kurang mereka membentak bahkan memukul, sedangkan untuk mobil di kenakan tarif lima ribu, jika kurang merakapun akan marah dan memukul pemilik kendaraan.

Hal tersebut Sangat penting menjadi pertanyaan, kemanakah uang dari tarif parkir tersebut ?, apakah masuk APBD Kota Tangerang, Atau masuk kantong pribadi?

Dan siapa yang mengarahkan mereka untuk selalu melakukan tindak kekerasan dalam menetapkan tarip perkir yang berada di kawasan pusat pemerintah kota Tangerang ?, Atau ada pejabat pemerintah yang mengendalikan dan melindungi kegiatan mereka?

Padahal sudah jelas dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3/2014, Tentang Perubahan Atas Perda Nomor 15/2011, Tentang Retribusi Jasa Usaha, mengatur soal tarif parkir di area parkir milik daerah.
Namun perda tersebut sepertinya tidak berlaku bagi mereka.

Terkait memberikan arahan kepada pedagang yang berada di atas taman oleh anggota Satlinmas Kota Tangerang sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Ketertiban Umum, Tapi dalam pelaksanaannya terbentur dengan tindakan tukang parkir yang bersikap secara arogan dan terlihat dalam keadaan mabuk miras sehingga berani menantang anggota satlinmas dengan berkata, “KAMI DARI KUPANG DATANG KE KOTA TANGERANG SUDAH SIAP MASUK RUMAH SAKIT DAN MASUK KUBURAN.”

Melihat arogansi tukang parkir liar dalam keadaan mabuk yang berada di kawasan pusat pemerintah kota tangerang sudah jelas bahwa mereka melakukan pelanggaran hukum dan melakukan tindakan yang mengancam petugas pelaksana lapangan. Hal tersebut dimuat dalam KUHP (Penal Code) Buku Kedua Kejahatan  BAB V Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum diantaranya:

Pasal 154, “Barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap Pemerintah Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”

Pasal 156,”Barang siapa di rnuka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beherapa golongan rakyat Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Perkataan golongan dalam pasal ini dan pasal berikutnya berarti tiap-tiap bagian dari rakyat Indonesia yang berbeda dengan suatu atau beberapa hagian lainnya karena ras, negeri asal, agama, tempat, asal, keturunan, kebangsaan atau kedudukan menurut hukum tata negara.

Pasal 170 ayat 1,” Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”

Melihat fakta dan pelanggaran Hukum yang di lakukan oleh tukang parkir liar sudah jelas bahwa seharusnya ada tindakan hukum untuk mengatasi permasalahan tersebut dari intansi kepolisian.

Karena Secara garis besar bahwa adanya tukang parkir yang menganggu ketertiban dan kenyamanan di tempat umum merupakan kejahatan yang menurut sifatnya dapat menimbulkan bahaya terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat kota tangerang dan juga dapat menimbulkan gangguan-gangguan terhadap  ketertiban alamiah di dalam masyarakat.  

Sebagai petugas lapangan anggota Linmas (Perlindungan Masyarakat) Kota Tangerang sudah semaksimal mungkin untuk melaksanakan tugasnya dalam melindungi masyarakat dari rasa tidak aman dan tidak nyaman, karena Manusia sebagai makhluk sosial  sangat  membutuhkan rasa aman, tenteram dan terlindungi. 

Terutama segala yang berkaitan dengan hubungan atau interaksi terhadap sesama masyarakat kota tangerang.

Negara sebagai payung tempat masyarakat berteduh wajib memberikan solusi  dan melindungi segala kepentingan masyarakat agar tidak mengganggu dan saling merugikan  antara yang satu dengan yang lainnya.

SUDAH SAATNYA BERTINDAK TEGAS UNTUK KEPENTINGAN MASYARAKAT KOTA TANGERANG.!!!

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.

Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengansegala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.

Sebagai penajag surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum.

Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.

Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak di jaga lagi. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya.

Sekali hari aku datang pula mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya. Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang yang mengamuk pikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku duduk disampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek,

“Pisau siapa, Kek?”

“Ajo Sidi.”

“Ajo Sidi?”

Kakek tak menyahut. Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya. Ada-ada saja orang-orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya.

Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan kebetulan ada pula seorang yang ketagihan menjadi pemimpin berkelakuan seperti katak itu, maka untuk selanjutnya pimpinan tersebut kami sebut pimpinan katak.

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatang Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan Kakek? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi. “Apa ceritanya, Kek?”

“Siapa?”

“Ajo Sidi.”

“Kurang ajar dia,” Kakek menjawab.

“Kenapa?”

“Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh tenggorokannya.”

“Kakek marah?”

“Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal.”

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi Kakek,

“Bagaimana katanya, Kek?”

Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali. Karena aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya padaku, “Kau kenal padaku, bukan?

Sedari kau kecil aku sudah disini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan? Terkutukkah
 perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?”

Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu, kalau Kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaannya sendiri.

“Sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat punya isteri, punya anak, punya keluarga seperti orang lain, tahu?

Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu?

Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya.
 Alhamdulillah kataku bila aku menerima karunia-Nya. Astagfirullah kataku bila aku terkejut.Masya Allah kataku bila aku kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.”

Ketika Kakek terdiam agak lama, aku menyelakan tanyaku, “Ia katakan Kakek begitu, Kek?”

“Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya.”

Dan aku melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi belas kepadanya. Dalam hatiku aku mengumpati Ajo Sidi yang begitu memukuli hati Kakek. Dan ingin tahuku menjadikan aku nyinyir bertanya. Dan akhirnya Kakek bercerita lagi.

“Pada suatu waktu, ‘kata Ajo Sidi memulai, ‘di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seirang yang di dunia di namai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan di masukkan ke dalam surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan.

Dan ketika ia melihat orang yang masuk ke surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan ‘selamat ketemu nanti’. Bagai tak habishabisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.

Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu
 Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.

‘Engkau?’

‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.’

‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.’

‘Ya, Tuhanku.’

‘apa kerjamu di dunia?’

‘Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.’

‘Lain?’

‘Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.’

‘Lain.’

‘Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.’

‘Lain?’

Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum di katakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.

‘Lain lagi?’ tanya Tuhan.

‘Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan Penyayang, Adil dan Mahatahu.’ Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.

Tapi Tuhan bertanya lagi: ‘Tak ada lagi?’

‘O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.’

‘Lain?’

‘Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang lupa aku katakan, aku pun bersyukur karena Engkaulah Mahatahu.’

‘Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?’

‘Ya, itulah semuanya, Tuhanku.’

‘Masuk kamu.’

Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia di bawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang di kehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.

Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.

‘Bagaimana Tuhan kita ini?’ kata Haji Saleh kemudian, ‘Bukankah kita di suruh-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.’

‘Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat,’ kata salah seorang diantaranya.

‘Ini sungguh tidak adil.’

‘Memang tidak adil,’ kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.

‘Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.’

‘Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.’

‘Benar. Benar. Benar.’ Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.

‘Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu.

‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.

‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.

‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh. ‘Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.’

‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita perolah,’ sebuah suara menyela.

‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak beramai-ramai.

Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan.

Dan Tuhan bertanya, ‘Kalian mau apa?’

Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya: ‘O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran- Mu,mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami.Tak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu.’

‘Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.

‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.’

‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’

‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’

‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya,
 bukan?’

‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.’ Mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa di tanam?’

‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’

‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’

‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’

‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’

‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.’

‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?’

‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.’

‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’

‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.’

‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’

‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’

‘Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?’

‘Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.’

‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak di masukkan ke hatinya, bukan?’

‘Ada, Tuhanku.’

‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!”

Semua menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang akan di kerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada
 malaikat yang menggiring mereka itu.

‘Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?’ tanya Haji Saleh. ‘Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.’

Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek. Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.

“Siapa yang meninggal?” tanyaku kagut.

“Kakek.”

“Kakek?”

“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.”

“Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.

Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa dengan istrinya saja. Lalu aku tanya dia.

“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi.

“Tidak ia tahu Kakek meninggal?”

“Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis.”

“Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab, “dan sekarang kemana dia?”

“Kerja.”

“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.

“Ya, dia pergi kerja.”

—the end—

(CERPEN KARYA H. ALI AKBAR NAVIS)

 

Coretan kecil bersanding dengan segelas Kopi :

“Menantang kaum intelektual muda Indonesia untuk bangkit dari zona kemapanannya…!!!”

 

============================================================================

“…Didikan Barat superieur, karena ilmoenja teratoer dan techniknja tinggi. Terboekti djoega di Djepang jang mengambil didikan Barat oentoek pemoekoel Barat sendiri; terboekti djoega di Sovjet-Ruslang jang menjesoeaikan didikan Barat kepada toedjoean masjarakat sendiri…. Ilmoe mendidik pengetahoean dan pengetahoean mendjadi pangkal keberanian oentoek membantah apa jang salah dan menoentoet apa jang dipandang hak dan adil. Sebab itu, onderwijs jang sempurna mesti melahirkan kaoem revolutionair dalam tiap-tiap masjarakat jang pintjang kedudukannja. Ini adalah soeatoe hoekoem alam…”

23“Semoeanja ini haroeslah menjadi pertimbangan kepada pemoeda Indonesia jang mendapat didikan Barat. Sebab itu, ‘pemoeda dalam krisis’ berarti pemoeda terpaksa mengambil kepoetoesan : maoekah kembali poelang ke masjarakat sendiri? Dan disini tidak ada entweder…oder! Tidak ada ini atau itu!”

(Mohammad Hatta, 1933)

Di Indonesia, kaum intelektual sulit menjalankan fungsi ini. Maklum, sebagian besar kaum intelektual Indonesia adalah keluaran Universitas.

Sementara hampir semua Universitas di Indonesia telah kehilangan daya kritisnya sejak orde baru hingga sekarang ini. Ide-ide yang dikembangkan di Universitas hanyalah ide-ide yang sejalan dengan kepentingan penguasa.

Bung Hatta, salah satu pemimpin Indonesia yang cukup faham ilmu ekonomi, pernah menegaskan, seorang sarjana ekonomi atau ekonom yang akan hidup di tengah rakyat haruslah punya tanggung jawab intelektual dan moral.

Seorang ekonomi harus cinta kebenaran dan memihak pada rakyatnya.

“Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang yang cerdas dan tajam otaknya, tetapi manusia yang berkarakter tidak bisa diperoleh begitu saja,” kata Bung Hatta.

Lantas, Intelektual yang bagaimana yang diharapkan?

Ketika remaja dan muda-mudi di kota dilanda kegalauan luar biasa atas identitas dan jati diri mereka, maka muda-mudi di desa terhimpit struktur ekonomi yang memaksa mereka terhempas di pojok-pojok pabrik garmen dan tekstil yang pengap dan terlempar menjadi pekerja-pekerja ilegal ke luar negeri.Ayo Berjuang

Teknologi informasi dan komunikasi yang digdaya bukannya menolong mereka keluar dari krisis, melainkan malah mengikat mereka lebih kuat dalam jeratan konsumerisme dan hedonisme.

Mereka yang berjuluk aktivis pun menghilang ditelan kenikmatan duduk dalam birokrasi, menjadi politisi, pengusaha atau pegawai negeri. Jika kurang beruntung, mereka pun menjual intelektualitas dan idealismenya menjadi makelar kasus, mafia peradilan, mafia proyek dan pekerjaan lainnya untuk menghilangkan status sebagai pengangguran. “Inilah realita hidup”, kata mereka kecut.

Mereka menganggap lawan sebagai kawan, dan kawan sebagai lawan.

karikatur partaiSemua terjadi menjadi bahan baku hantam antar pemuda, Antar Mahasiswa, Antar Aktivis hingga koruptor yang setiap hari adu arogansi dengan koruptor yang lain. Buntu. . .!!!

Sadar atau tidak, akal sehat kaum muda kita terus digerogoti setiap hari. Pendidikan yang seharusnya mencerahkan dan menyehatkan akal justru menjadi mesin-mesin pembunuh akal sehat setiap hari.

Jika pemimpin-pemimpin muda saat ini mau menjaga integritas dan kredibilitasnya ditengah krisis moral yang melanda negeri, maka bukan tidak mungkin asa perubahan ke arah lebih baik itu masih menyala.

Kaum muda Indonesia adalah potensi yang siap digerakkan untuk perjuangan mencapai kejayaan bangsa, tinggal kemauan dari para intelektual, aktivis, dan pemimpin-pemimpin muda ini untuk menjadi inspirator dan teladan nyata bagi mereka.

Barangkali kita masih ingat dengan retorika dari Bung Karno yang termasyur itu, “berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncang dunia”.

Pada kesempatan lain Proklamator kita itu juga pernah berkata “barang siapa dicintai pemuda hari ini, maka ia akan menggenggam masa depan”.

Namun Saat ini Kita membutuhkan lebih dari sepuluh pemuda untuk menjadi inspirasi untuk berprestasi, inspirasi dalam gerakan anti korupsi, inspirasi dalam penyelamatan bumi, inspirasi untuk kewirausahaan sosial, inspirasi dalam politik santun, dan inspirasi di berbagai bidang lainnya.

Sialnya, kita tidak bisa menunggu inspirasi itu datang dari orang lain, dan Menjadi Pelacur-Pelacur Intelektual bukanlah Sebuah Pilihan…?!Perjuangan

Ikan busuk bukan dari ekornya, melainkan dari kepalanya. Jika pemimpin-pemimpin muda saat ini mau menjaga integritas dan kredibilitasnya ditengah krisis moral yang melanda Negeri, maka bukan tidak mungkin asa perubahan ke arah lebih baik itu masih menyala.

Semua Hanya ada satu pilihan : kita sendiri yang harus memulai. . .!!!