“AGAMA ALAT POLITIK DI ABAD 21 ; KEMERDEKAAN RI DI ANTARA TARING AMERIKA DAN CHINA?”

“Sekarang Hai Bangsa Indonesia, Bangkitlah kembali!

Bangkitlah kembali dengan jiwa Proklamasi di dalam kalbu!

Tinggalkan alam yang lampau!
Tetapi, Jangan mengeluh!
Keluh adalah tanda kelemahan jiwa.

Ya, Alam yang lampau memang salah.

Alam yang lampau itu kiza ni kita rasakan seperti pembangunan waktu sepuluh tahun lamanya.

Tetapi, jangan mengeluh!
Berbesarlah hati bahwa kita sekarang ini sadar dan berjalan terus!

(Hal.69, Sumartono. Wirianto., Jasmerah, “Amanat Presiden Soekarno Pada Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1959 di Jakarta”).”

__________

The Return to Amsterdam of the Second Expedition to the East Indies on 19 July 1599.

Amanat yang pernah disampaikan bapak proklamator kita di atas menjadi sebuah renungan dan motivasi kita sebagai bangsa Indonesia yang saat ini menghadapi tantangan maha hebat, baik itu tangan dari dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri.

Negara Indonesia memiliki harta kekayaan alam yang sangat melimpah, hal tersebut jelas membuat mata dunia tertarik untuk menguasainya, mereka berbondong-bondong dengan berbagai Intrik dan dalih untuk masuk ikut serta mengambil bagian mengeruk kekayaan alam Indonesia tersebut, sehingga selama 75 tahun Indonesia merdeka, walaupun kekayaan alamnya melimpah namun kondisi rakyatnya masih banyak yang terlunta-lunta dan hidup dalam keprihatinan.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi, dan apa yang menyebabkan Indonesia Selalu dalam kondisi yang memprihatinkan itu? (Jangan di buru-buru di jawab, karena butuh renungan yang mendalam).

Semua bangsa, untuk mempertahankan hajat hidupnya untuk 1000 tahun kedepan, mereka memerlukan sumber daya Alam, bahan baku, dan energi.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia, ruang hidup menjadi semakin sempit.

Sumber bahan baku maupun sumber energi, semakin terbatas dan akan habis dalam hitungan puluhan tahun kedepan.
Lalu, apa yang bangsa-bangsa besar lakukan untuk menghidupi bangsanya? (Coba kita renungkan).

Apa yang bangsa lain inginkan untuk kelangsungan hidup, biasanya diletakkan dalam benak pengelola bangsa atau pemerintahan, yang termaktub dalam tujuan negara tersebut atau bahkan masuk ke undang-undang mereka.

Apapun itu, kalau disingkat hanya 2 kata: “NATION’S INTEREST”. Sekarang, coba jawab pertanyaan saya.

Apa itu “nation’s interest” atau tujuan bersama bangsa Indonesia saat ini?
Baik tidak usah buru-buru di jawab karena ini perlu perenungan.

Saya akan berikan pertanyaan lebih dalam lagi.

Apakah energi interest pemerintah Indonesia saat ini?
Apakah mineral interest pemerintah Indonesia saat ini?

Ini bukan Haluan Negera. Haluan itu diarahkan setelah tujuan di tentukan.

Mau kemana negara ini di arahkan?

Negara ini di arahkan atas keputusan individual presiden ; atau presiden dan para menteri; dan presiden, para menteri dan DPR?

Kalau di Total, sekitar 600 orang itu, apakah semuanya memiliki kemampuan membaca gatra nasional, geopolitik dunia, geostrategi negara lain, dan negara-negara yang memegang kendali?

Dari Pertanyaan-pertanyaan di atas yang belum di kita jawab, sebaiknya kita baca lagi Amanat sekaligus nasihat bapak proklamator kita sebagai kaca sepion untuk menjaga keseimbangan dalam melihat persoalan dan tantangan negara tercinta dibawah ini:

“Jikalau kita mempelajari revolusi-revolusi bangsa lain, maka selalu kita melihat penyelewengan -penyelewengan.

Ada yang penyelewengannya sementara, ada yang penyelewengannya terus-menerus. Penyelewengan sementara kemudian dikoreksi, tetapi penyelewengan terus menerus menyebabkan dekandesi.”

Tepat pada waktunya, rakyat jelata memukul canang. Tepat pada waktunya, si Marhaen dan Si Sarinah, si Dadap dan si Waru berteriak, “HAI PEMIMPIN! ENGKAU MENYELEWENG!”

“Peringatan ini baik sekali di dengarkan oleh orang-orang yang menyebut dirinya pemimpin. Kalau mereka memimpin, maka ketahuilah, bahwa yang mereka pimpinan itu bukan satu rombongan kambing atau satu rombongan bebek, atau satu rombongan tuyul, tetapi satu rakyat yang kesadaran sosialnya dan kesadaran politiknya telah tinggi!

Karena itu, jangan mengeluh! Tetaplah berjalan terus, tanpa mandek, tanpa ragu-ragu, diatas revolusi kita yang asli.

Jangan ada di antara kita yang berkata bahwa dasar dan tujuan revolusi kita toh boleh juga berubah.” (Hal.70, Sumartono. Wirianto., Jasmerah, “Amanat Presiden Soekarno Pada Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1959 di Jakarta”).

____________

Setalah membaca Amanat dan nasihat bapak proklamator kita di atas, kita menyadari bahwa pemimpin negeri ini dari pertama adalah orang yang Cerdas, Pemberani, dan visioner dalam melihat perkembangan serta tantangan negara ini sebelum dan sesudah kemerdekaan.

Lantas bagaimana kita melihat pemimpin Indonesia saat ini? (Silakan jawab dengan sudut pandang dan versi masing sesuai dengan ilmu dan pengalaman yang dimiliki).

Baiklah, mari kita lanjutkan sambil minum kopi…

“Tahun 1944 merupakan tahun perang, tetapi di kota kecil bernama Breton Woods, ada konferensi yang sangat menentukan dunia hingga saat ini. Bayangkan saja, di tengah suasana perang; ketika negara Eropa sedang bingung dan panik; ketika negara-negara jajahan ingin bergerak merdeka; ketika Jerman sedang menyerang; Amerika pun ngajak berunding.” “Ajakan Amerika, sederhana saja.

Dalam Breton Woods confrence itu, Amerika meminta semua negara menyetujui bahwa untuk menghindari perang dunia berikutnya, dunia harus di tata. Aturan pertama yaitu dengan menyetujui dolar sebagai mata uang dunia, kemudian mendirikan IMF dan Word.”

Dalam keadaan dunia seperti itu, mau tidak mau semua negara setuju. Pada Mei 1945 dalam misi CIA 1 tahun berjalan, barulah kemudian Hitler diselesaikan dan Jepang pun di Bom, dituntut untuk menyerah. Setalah itu, terciptalah peta dunia baru yang mana “marshal atau Sheriff-nya” – Polisi dunia yang memegang kendali atas “THE NEW WORLD ORDE” dibawah negara pemenang perang tak lain Amerika dan sekutunya. Merekalah yang paling kuat dan berkuasa.

Tidak ada satu bom pun Di tanah Amerika. Kemudian, Ganda Area di tentukan berdasarkan 3 kebutuhan, yaitu bahan baku, Energi dan Pasar.

Dunia ini ibarat di Bagi-bagi sebagai Kavling, yang mana Eropa dan Amerika bertindak selaku negara pengendali. Lalu, ada sebuah negara yang tadinya dipakai Amerika Untuk mengepung Soviet, yang ternyata Menyalip di tikungan untuk membangun infrastruktur jalan darat, bandara, kereta api dan armada maritim.

Negara Itu ialah CHINA yang menggeser posisinya, dari yang tadinya sebagai pasar menjadi produsen. China pun terus bermanuver, membangun Aliansi kekuatan dengan pendekatan Ekonomi. “ONE CHINA POLICY” yang membuat China akan bergerak dengan dana Jalur Sutra, akhirnya mulai menggurita keseluruh dunia.

Dengan menjanjikan dana membangun sebuah negara, China bermanuver dan ternyata di tahun 2016 yang lalu, 30% dunia ini tepatnya berbagai negara di Afrika dan Asia sudah di tangan China.

Sebut saja Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Negara ASEAN lainnya mungkin sudah 70% dikuasai China. Afrika mungkin 40% sudah condong ke China. Dimana-mana, “TARING” Amerika mulai lepas gigitanya dan diambil alih oleh China.

Akhirnya Presiden Jokowi, dengan strategi infrastruktur meniru China dan di dukung oleh China, membuat Amerika semakin geram.
Amerika pun mulai membagi negara menjadi 3 bagian, yaitu negara sekutu; negara teman; negara melawan Amerika.
Saat ini, Amerika menjadi negara yang semakin intens melakukan konfrontasi. Semua negara yang melepas taringnya, akan di goyang.

Percayakah Anda jika saya bilang bahwa ISIS itu Ciptaan Amerika, Israel dan Inggris?

Dalam sebuah strategi Intelejen, ada sebuah Taktik “HORNEST NEST”. Taktik ini membangun sebuah kelompok gerakan Seakan Anti-Pemerintah, Padahal sengaja di ciptakan.

Katakanlah zaman ORBA dulu ada “Petrus” atau ‘penembak misterius’, yaitu sebuah gerakan pembasmi kriminal dengan cara tembak di tempat ala Duterte Filipina.

Namun disisakan beberapa kelompok saja. Kelompok sisa ini di pakai sebagai “Hornest Nest” dimana preman yang merapat kesana menjadi mudah di baca dan tentu saja dikendalikan.

Begitupula dengan ISIS yang di bangun agar Israel tidak diserang. Agama adalah alat politik di abad 21 ini. Diciptakanlah Ideologi garis keras dan di beri julukan “SALAFI JIHADI”. Ideologi ini di pakai untuk membangun Kekhilafahan. Mulailah mereka MEMBANTAI SESAMA ISLAM.

AMERIKA dan ISRAEL sangat butuh ISIS ini karena PARA FUNDAMENTALIS RADIKAL merapat kesini semua, dan mereka MEMBUNUH sesama NEGARA dan UMAT ISLAM, yang mudah saja diberi label Syiah, Wahabi, pokoknya SESAMA ISLAM SAJA PERTEMPURAN.

SATU saja KRITERIANYA untuk di SULUT seperti itu; NEGARA tersebut HARUS MENGHASILKAN “FOSSIL OIL” atau MINYAK BUMI. Coba lihat sekarang, 80% perang diwilayah yang mengandung energi.

Dimana gonjang-ganjing tidak aman, disanalah sarana masuknya Amerika untuk menyedot minyak dan gas bumi di negara tersebut.

Apakah itu PERANG ‘BY ACCIDENT’? Tidak, itu perang ‘BY DESIGN’.

Pertama, untuk MENJUAL SENJATA. , kedua, untuk menimbulkan RASA TIDAK TENANG. Ketiga, untuk MENGAMBIL KEKAYAAN ALAMNYA. Sesederhana itu.

Ini bukan perang zaman dulu lagi. Kali ini Amerika tidak pakai tentara Amerika. Mereka berperang dengan menggunakan tangan orang lain. Istilahnya seperti Lempar Batu sembunyi tangan. Itulah yang disebut dengan ‘Proxy War’.

Lantas, apa yang mereka gunakan untuk sarana perangnya?
Sarana perang itu ada Bukan lagi ‘Battle Field’, melainkan ‘Battle Space’. Selain itu ada ‘Legal Warfare’, ‘Cultural Warfare’, ‘Psychological Warfare’, dan ‘Media Warfare’. Inilah yang mereka pakai untuk “PROXY WAR”.

Dengan menggunakan sedikit sekali orang, mereka mengendalikan media sosial dan menggiring opini publik. Kebencian, kemarahan, dan provokasi disebar luas.
Banyak bangsa yang termakan. Terutama, yang paling efektif menggunakan apa? AGAMA.

Di tanah Arab, Persia, dan Afrika, Amerika berhasil menggunakan cara ini. Dan, saat ini Asia Tenggara yang negaranya subur-subur pun menjadi target untuk mendapatkan kembali kekuasaan Amerika disini.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Saya ingatkan. Catatan sejarah kita tertulis di “Mukadimah” dan isi Undang-undang Dasar 1945.

Pemikiran dan perumusan Undang-undang Dasar 1945 adalah kontribusi putra bangsa terbaik. Pimpinan ‘panitia kecil’ yang memperoleh gelar doktor di usia muda dan berusia 27 Tahun. Namanya Prof. Dr. SOEPOMO. Mereka ini adalah peletak dasar kelola negara yang baik bahkan banyak di tiru negara lain.

Undang-Undang Dasar 1945 pernah di amandemen pada tahun 2002. Amandemen ini sayangnya di tunggangi oleh Barat.
Atas nama Reformasi, mereka membonceng dan membiayai pergerakan 1998 hingga 2002. Inilah yang membuat struktur kebijakan (Public Policy) bubar.

Sekarang tahu kan, mengapa sistem Undang-undang kita masih banyak yang berantakan?

Apa tindakan reformasi yang dipesan Barat?

Contohnya, TNI. TNI di gunting dengan embargo senjata dan di beri amunisi oleh Amerika (Hingga Sekarang).
Banyak fungsi TNI di gunting – termasuk kemampuannya untuk berpolitik sesuai kebebasan politik Barat. Padahal, dulu sepuluh persen parlemen adalah Fraksi ABRI ini. Semua tertular kecerdasan “Geostrategi” dan Bela negara para anggota ABRI ini.

Lalu, kita masuk di era pemilu demokrasi. Ini pembodohan lain lagi. Pada masa ini yang berlaku “One Man One Vote” atau satu orang satu suara. Ini hal yang aneh.

Bagaimana bisa seorang ulama saleh, pemimpin besar pesantren, suaranya sama dengan Penjahat Narkoba?

Sementara itu, di negara penganjur sistem ini sendiri yaitu Amerika, pemilu tidak melulu “One Man One Vote”. Amerika memakai “Electoral Vote”. Yang “PANTAS” yang DIPILIH. Pemimpin harus melalui mekanisme tersendiri sehingga sang PEMEGANG KUNCI PEMILIH adalah ORANG KOMPETEN.

Lalu, ada lagi yang diboncengi Barat. Fungsi Intelejen digembosi (Karena Amerika takut sekali pada kekuatan militer ini).

HAM dijadikan RAJA. Hak asasi manusia yang dipandang benar adalah HAM ala Barat.
Padahal di atas HAM, masih ada “Civil Right” (yang lebih tinggi dari “Human Right”).
Ada lagi yang tertinggi, yaitu “Nation’s Right”.

Ada lagi Undang-undang Keamanan Nasional. Ini adalah Undang-undang Subversi yang dikesankan mengerikan oleh Asing.
Undang-Undang ini di tolak banyak LSM dan mereka propagandakan. Itulah mengapa kita tidak memilikinya sampai sekarang.

Bayangkan, negara sebesar ini tidak punya pagar batas wilayah!, ya terang saja, Narkoba, Teroris, dan berbagai pemahaman radikal masuk leluasa.

Ini termasuk kebijakan yang dibuat DPR yang di sponsori kepentingan perusahaan besar dan Asing berkuasa saat ini. Pada dasarnya Kekuatan kita terletak dibidang maritim, tapi otak penduduknya dibuat seperti negara Agraris. Maka kitapun dibuat tidak independen pangan. Itu “BY DESIGN”.

Indonesia sebenarnya mirip dengan Amerika. Punya sumber daya Alam, wilayahnya luas, penduduknya besar, dan ini sangat di takutkan Amerika. Jika tidak hati-hati dengan gerakan kita sendiri, akan selalu goyang negeri ini.

China disisi lain, terus membanjiri dengan janji proyek dan pendanaan. Ini tentu membuat pemerintah kita tergiur. Sementara, perusahaan swasta Amerika mulai di depak satu persatu. Newmont diambil; Freeport di mainkan; Blok Mahakam dilepas. Kontan saja Amerika Tambah kesal.

Perlu di ingat, perusahaan swasta Amerika itu di dukung penuh oleh pemerintahan mereka. Berbeda dengan pemerintah kita yang menomorsatukan BUMN dan membuat Negera ini semakin mirip China.

Bapak Jokowi yang saat ini menjadi presiden dikelilingi oleh orang-orang yang bukan bermutu Negarawan. Kalau tidak mutu korporasi, mutu mereka adalah mutu LSM.
Contohnya, LBP, RINSO, ENGLUK dan semua pembisiknya belum bermutu Nasional. Mereka masih sangat jauh dari sudut pandang regional dan Internasional. Jauh Sekali! Nah jadi bagaimana seharusnya negara ini dikelola? Jaga “Policy Making-nya”.

Dan siapa pun Presidennya kita harus memberikan kritik dan masukan. Terutama, pemahaman kepada para sahabat sekalian. Misalnya, hanya saya yang mengatakan ini adalah “Makar”. Ini mungkin kurang tepat karena Makar itu Wilayah “Nation Threat”. Hanya militer yang bisa mendefinisikan Makar dan Menindaknya.

Namun militer tidak “Bermain” malah bermanuver politik dan terbaca. Lalu, polisi juga tidak mengerti dan hanya “Ikut Angin Lalu” Lingkar Istana yang tidak mengerti cara mengelola Negara. Benar, mereka memang yang menggerakkan masa dan mengarahkannya untuk kepentingan sekelompok yang ingin berkuasa.

Tetapi percayalah, sekelompok yang berkuasa saat ini, tidak ada yang mengerti geostrategi dan kebijakan publik. Apalagi, manuver kepentingan antar-negara.

Mereka tidak mengerti karena bukan Negarawan dan tidak akan pernah mengetahui poin-poin penting tata negara.

Mereka hanya berpikir apa yang menjadi kepentingan Pribadi, kelompok, golongan dan para sponsor yang menjadi sumber pendapatan untuk mereka yang dampaknya menjadikan sistem Negara ini berantakan dan kondisi kehidupan masyarakat memprihatinkan.

Orang-orang seperti ini sudah ada sejak dulu bahkan sejak di awal kemerdekaan bangsa Indonesia, hal tersebut dapat kita ketahui dari Amanat dan nasihat bapak proklamator pada peringatan hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahu 1959. Beliau mengatakan,

_________

“Ada memang orang peragu, ada memang orang defaitis, yang dengan dalih bahwa tidak ada barang sesuatu yang langgeng dan tak berubah, “Panta rei” dalil mereka, menanya apakah dasar dan tujuan revolusi kita tak boleh juga dan tak bisa juga di rubah?

Apakah keadilan sosial tidak boleh ditawar-tawar lagi?

Apakah yang diniatkan pada 17 Agustus ’45 itu tidak boleh di amendir lagi?”

“Pertanyaan-pertanyaan yang demikian ini pun satu penyelewengan!

Bahkan, satu penyelewengan yang sangat serius, akibat daripada satu jiwa kompromis.”

(Hal.71, Sumartono. Wirianto., Jasmerah, “Amanat Presiden Soekarno Pada Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1959 di Jakarta”).”

_________

Jangan mengira Di Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 75 tahun perjuangan kita berakhir. TIDAK !

Didalam Indonesia merdeka ini perjuangan kita semakin berat, karena bukan hanya penjajah dari luar negeri namun penjajah dari bangsa sendiri.

Untuk itu Mari kita bersama-sama sebagai bangsa yang bersatu padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang para pendiri negeri ini cita-citakan di dalam Pancasila.

Dan, terutama di zaman penuh penderitaan ini, yakinlah, Insyaflah, tanamkanlah dalam kalbu saudara-saudara, bahwa Indonesia tidak akan merdeka jika bangsanya tidak mengambil resiko, tidak berani terjun menyelami samudera sedalam-dalamnya untuk mendapatkan mutiara.

Jika bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak nekat mati-matian untuk mencapai Kemerdekaan, tidaklah Kemerdekaan itu akan menjadi milik bangsa Indonesia untuk selama-lamanya, sampai akhir zaman!

Kemerdekaan dapat di miliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad, “Merdeka, Merdeka atau Mati. Yakin Usaha Sampai!”.

(Ruang Merdeka, 15 Agustus 2020.)