=KORUPTOR Kalah terhormat dengan PERAMPOK/PENJAMBRET=

Posted: April 5, 2013 in Morsse Reformis

Baru hari ini saya menyadari bahwa jaman edan Pujangga Ronggowarsito bukanlah kisah tentang zamannya, melainkan keadaan dua abad sesudah era beliau.
”Amenangi jaman edan, Ewuh aya ing pambudi, Milu edan nora tahan, Yen tan milu anglakoni, Boya kaduman melik, Kaliren wekasanipun….” Dalam ungkapan sehari-hari orang menuturkan ”amenangi jaman edan, yang tidak ikut edan tidak kebagian, dan pasti kelaparan…”

Koruptor VS PerampokKalau situasi kehidupan di era Raden Bagus Burham santri Kyai Kasan Besari Ponorogo, 1802-1844, disebut jaman edan: apa sebutan yang sepadan untuk tingkat sangat tinggi keedanan Indonesia 2013?

Sayang sekali kalimat ”kalau tidak ikut edan, tidak akan kebagian sehingga menjadi kelaparan” sangat merasuk dan dipercaya oleh masyarakat.
Sehingga ”yang tidak takut tidak kebagian” jumlahnya sangat minimal.
Maka, yang paling realistis menggapai sukses adalah korupsi, baik karena kemelaratan maupun karena keserakahan.

Modernisasi kehidupan juga tidak membuat manusia mampu membedakan “uang”, “gaji”, “pendapatan”, “laba” dengan “rezeki”.

Orang berebut uang, memperjuangkan kenaikan gaji, mengakali peningkatan pendapatan, merundingkan marking-up laba, karena menyangka itu semua sama dan sebangun dengan rezeki.

Manusia tidak mendayagunakan ilmunya untuk mengkreatifkan, dan mengeksplorasi kemungkinan sumber-sumber rejeki yang Tuhan sendiri merumuskannya dengan idiom ”min haitsu la yahtasib”: berasal dari mata air yang tak diperhitungkan, yang tak terduga, yang tak hanya terbatas pada lajur-lajur lembar akuntansi.

Karena orang tidak mau belajar, malas meneliti, tidak tekun berlatih, serta tidak berani ambil risiko mengaplikasikan ”min haitsu la yahtasib”, maka pilihan utama hidupnya ialah menghimpun cara dan strategi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, dengan modal sekecil-kecilnya.

Bisa dengan menciptakan secara eksklusif ”etika perekonomian dan industri” yang permisif terhadap substansi etika yang sebenarnya.
Bisa dengan manipulasi aturan. Bisa dengan penipuan wacana-wacana dalam retorika keusahaan.
Tapi yang paling pragmatis adalah korupsi. Korupsi Levelnya sama dengan pengutil atau pencopet.

Kalah terhormat dibandingkan dengan perampok atau penjambret. **EAN***

Komentar
  1. Great website you have here but I was curious if you knew of any user discussion forums that cover the same
    topics talked about here? I’d really like to be a part of community where I can get feed-back from
    other knowledgeable people that share the same interest.
    If you have any suggestions, please let me know. Bless you!

Tinggalkan komentar